Jarum suntik atau jarum hypodermic
adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan dalam dunia kesehatan.
Kebutuhannya semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Dengan ditemukannya vaksin
COVID-19, barang ini kian akrab menyapa kita sehari-hari. Jika 70% persen saja
dari seluruh penduduk dunia harus divaksin untuk mencapai herd immunity, artinya setidaknya dibutuhkan hampir 11
miliar jarum suntik untuk kebutuhan penyuntikan vaksin COVID-19. Angka ini
belum termasuk kebutuhan di luar itu.
Ilustrasi penyuntikan vaksin COVID-19. (Senior Enlisted Advisor to the Chairman (SEAC) Ramon "CZ" Colon-Lopez receives a COVID-19 vaccine at Walter Reed National Military Medical Center, Bethesda, Md., Dec. 21, 2020. (DOD Photo by Navy Petty Officer 1st Class Carlos M. Vazquez II. Wikipedia).
Istilah hypodermic berasal dari kata hypo yang
berarti di bawah, dan dermic yang berarti kulit. Jarum suntik dinamakan
dengan istilah ini karena digunakan untuk melakukan prosedur penyuntikan sampai
ke area di bawah kulit.
Untuk tujuan penyuntikan atau pengambilan sampel jaringan
dari dalam tubuh, jarum hypodermic terbuat dari bahan logam berbentuk
tabung berongga dengan ujung (tip) yang sangat tajam dan biasanya digunakan
bersamaan dengan syringe yang berfungsi untuk menampung cairan.
Sejarah Jarum Hypodermic
Sejarah mencatat bahwa jarum hypodermic pertama
kali digunakan oleh Christopher Wren, seorang arsitek Inggris, pada 1656 untuk
menyuntikkan obat ke pembuluh darah vena pada anjing. Setelahnya, beberapa
ilmuwan sempat melakukan percobaan penyuntikan serupa pada manusia namun belum
membuahkan hasil yang memuaskan. Sampai akhirnya, pada 1844, penyuntikan dengan
jarum hypodermic berhasil dilakukan pertama kalinya pada manusia oleh seorang
dokter Irlandia bernama Francis Rynd.
Bagian-bagian Jarum Hypodermic
Berdasarkan ISO
7864 – 2016 (Sterile
Hypodermic Needle for Single Use – Requirements and Test Methods), jarum hypodermic terdiri
bagian-bagian utama yaitu hub,
penghubung (jointing medium), batang jarum, stylet dan penutup jarum (cap). Bagian hub, penghubung dan cap biasanya terbuat
dari bahan plastik, sedangkan batang jarum dan stylet terbuat dari bahan logam.
Tiga bagian utama batang jarum spinal (a) stylet, (b) batang jarum berongga, (c) stylet + batang jarum berongga. (Dokumen pribadi, Hesty Susanti).
Untuk jarum dengan diameter
di atas 0,05 inchi, terutama jarum spinal (untuk penyuntikan di area tulang belakang) biasanya terdapat bagian batang tambahan yang disebut stylet, yaitu berupa silinder pejal (tidak berongga) yang memiliki diameter sama dengan diameter dalam dari bagian batang jarum yang berongga. Bagian ini dimasukkan ke dalam rongga batang jarum dengan tujuan untuk memperkokoh batang jarum sehingga tidak mudah bengkok atau patah ketika ditusukkan ke dalam bagian tubuh.
Bentuk ujung jarum hypodermic dikenal dengan istilah bevel. Bevel standar yang paling umum berbentuk irisan miring
pada bagian ujung jarum, misalnya pada jenis Quincke. Bentuk bevel dengan variasi berbeda biasanya terdapat pada
jarum spinal, di mana dikenal bevel berbentuk Tuohy (ujung sedikit
melengkung) atau variasi lain dengan lubang tidak pada bagian paling ujung
jarum, yaitu jenis Pencan, Sprotte, dan Whitacre.
Material Jarum Hypodermic
Jarum hypodermic terbuat
dari bahan logam. Material yang paling banyak digunakan, yaitu
baja stainless seri 300 atau 400, nikel (inconel), titanium, atau
campuran nikel dan titanium (nitinol). Bahan-bahan ini dipilih karena memiliki sifat anti karat, kokoh, fleksibel
dan tidak mudah patah.
Material dasar ini biasanya dilapisi lagi dengan bahan
tertentu untuk meningkatkan kehalusan permukaan agar lebih mudah ketika
disuntikkan ke tubuh kita. Untuk kebutuhan tertentu, pelapisan dengan material
tambahan dilakukan dengan tujuan agar jarum lebih mudah terlihat ketika
penusukannya dilakukan dengan bantuan ultrasonografi (USG).
Ukuran Jarum Hypodermic
Ukuran jarum hypodermic mengacu kepada ukuran gauge (G) yang menunjukkan ukuran diameter dalam dan diameter luar tabung.
Standar gauge (G) yang paling umum digunakan adalah
Birmingham Gauge yang membagi ukuran diameter kawat logam dari ukuran 5/0G hingga
36G. Semakin besar angka G, maka semakin kecil diameter jarumnya.
Ukuran Birmingham Gauge yang
digunakan khusus untuk jarum hypodermic kemudian dilengkapi
pula dengan standar ukuran diameter dalam, ketebalan dinding tabung jarum,
serta kode warna pada bagian penghubung antara jarum dan syringe (Luer connector) untuk memudahkan
penggunaannya.
Jarum hypodermic dengan berbagai ukuran. (6 hypodermic needles on luer connectors; from top to bottom by Birmingham gauge:Terumo 26G x 1/2" (0.45 x 12mm) (brown)Terumo 25G x 5/8" (0.5 x 16mm) (orange)Becton Dickinson 22G x 1 1/4" (0.7 x 30mm) (black)Becton Dickinson 21G x 1 1/2" (0.8 x 40mm) (green)Becton Dickinson 20G x 1 1/2" (0.9 x 40mm) (yellow)Terumo 19G x 1 1/2" (1.1 x 40mm) (white). Zephyris. Wikipedia).
Selain ukuran diameternya,
jarum hypodermic juga dibagi-bagi
dalam ukuran panjang sesuai dengan kebutuhannya, mulai dari panjang 0,5 inchi
sampai 7 inchi. Jarum-jarum dengan ukuran di atas 3,5 inchi biasanya digunakan
untuk penyuntikan di area tulang belakang (spinal) atau area abdominal (perut).
Ketajaman Jarum Hypodermic
Jarum hypodermic harus dibuat dengan standar ketajaman tertentu
untuk meminimalkan rasa sakit atau trauma ketika disuntikkan ke tubuh kita.
Untuk menguji ketajaman jarum hypodermic digunakan beberapa
metode, antara lain pencitraan dengan mikroskop atau uji gaya (force).
Salah satu metode mutakhir
yang mulai banyak digunakan saat ini adalah mikroskop elektron (scanning electron microscopy/SEM) untuk mencitrakan bagian ujung
(tip) jarum sampai skala nano meter (seper semiliar meter). Jika diameter sel
kulit manusia sekitar 30 mikrometer (seper sejuta meter), maka lebar bagian
ujung jarum hypodermic (tip) tidak boleh
lebih dari 30 mikrometer.
Bagian ujung jarum (tip) diperbesar dengan scanning electron microscopy/SEM. (Sharpness of Hypodermic Needles. Application Note. EM Analytical Ltd., United Kingdom. http://www.emanalytical.co.uk/wp-content/uploads/2019/09/Needle-application-note.pdf).
Metode lain untuk menguji
ketajaman jarum dilakukan dengan menghitung gaya (force) ketika jarum
disuntikkan ke tubuh, yaitu berupa gaya penetrasi/tembus (penetration force) dan gaya luncur (sliding force). Dalam pengujian, digunakan bahan polyurethane sebagai tiruan jaringan kulit dan otot manusia.
Sampel jarum hypodermic yang diuji akan
ditusukkan ke bahan polyurethane dengan kecepatan
penusukan tetap, kemudian gaya (force) dihitung sebagai
fungsi dari kedalaman menggunakan alat pengukur berupa load cell. Gaya penetrasi merupakan gaya maksimal yang
dibutuhkan oleh jarum untuk menembus bahan, sedangkan gaya luncur adalah gaya
rata-rata gesekan jarum yang dihitung senilai 80% dari kedalaman yang dicapai
jarum.
Penanganan Limbah Jarum Suntik
Jarum suntik merupakan alat
kesehatan yang penggunaannya hanya sekali pakai untuk menghindari kontaminasi
yang dapat menyebabkan infeksi dan penularan penyakit. Oleh karena itu, pasca
penggunaannya membutuhkan penanganan khusus.
Berdasarkan panduan yang
dikeluarkan oleh FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat, limbah
jarum suntik harus dimasukkan ke wadah khusus jarum suntik bekas segera setelah
digunakan. Wadah ini harus diletakkan pada tempat yang tidak dapat dijangkau
oleh anak-anak maupun binatang peliharaan dan hanya boleh diisi maksimal sampai
¾ kapasitas penuhnya.
Seperti jarum suntiknya itu
sendiri, wadah khusus untuk membuang jarum suntik bekas ini juga hanya digunakan
untuk sekali pakai. Wadah ini harus dikumpulkan ke area khusus, terpisah dari
limbah-limbah kesehatan jenis lainnya untuk dikirimkan ke fasilitas penanganan
limbah khusus jarum suntik.
Cara paling umum untuk
menangani limbah jarum suntik adalah melalui metode insinerasi (incineration) atau pembakaran. Meskipun metode insinerasi
dapat memusnahkan limbah jarum suntik, namun hasil pembakarannya dapat
menimbulkan zat-zat (biasanya berupa gas) berbahaya yang memerlukan penanganan
khusus sebelum dibuang ke lingkungan.
Para ahli kemudian
mengembangkan cara-cara lain yang lebih praktis dan ramah lingkungan yakni
menggunakan mesin penghancur yang dilengkapi sekaligus dengan mesin
sterilisasi. Dengan cara ini, logam dan bahan lain dari jarum suntik dapat
dipisahkan dan didaur ulang kembali sebagai bahan mentah untuk membuat barang
baru.
Takut Jarum Suntik?
Jika Anda takut disuntik, Anda
tidak sendirian. Secara statistik, 22% orang dewasa mengalami ketakutan ini.
Rasa takut akan jarum suntik dikenal dengan needle phobia atau aichmophobia. Menurut
penelitian oleh Dr. James G. Hamilton, needle phobia kemungkinan besar bersifat genetik yang akarnya bisa ditelusuri dari
sejarah evolusi manusia.
Selama ribuan tahun yang lalu,
manusia menghindari benda tajam sebagai bagian dari insting untuk bertahan
hidup dengan cara menghindar dari kemungkinan bahaya. Tingkat keparahannya bisa
bervariasi, dari mulai denyut jantung dan tekanan darah yang meningkat atau
menurun, hingga kehilangan kesadaran (pingsan).
Jarum suntik dan syringe diproduksi dalam jumlah miliaran setiap tahunnya di seluruh
dunia. Alat kesehatan yang tergolong sederhana ini telah membantu para tenaga
kesehatan dalam menyelamatkan banyak pasien selama hampir dua abad terakhir.
Perkembangannya telah mewarnai perjalanan panjang kehidupan manusia sampai
kepada era sekarang ketika kita semua menghadapi pandemi COVID-19. Dengan
pencapaian ini, tak berlebihan rasanya jika jarum suntik bisa disebut sebagai
salah satu penemuan terhebat dalam sejarah peradaban umat manusia.
Referensi
1.Kucklick, T.R. The Medical Device R&D Handbook. CRC Press, 2013.
2.Sharpness of Hypodermic Needles. Application Note. EM Analytical Ltd.,
United Kingdom. http://www.emanalytical.co.uk/wp-content/uploads/2019/09/Needle-application-note.pdf
3.Leonardi, L., Vigano, M., and Nicolucci, A. Penetration Force and
Cannula Sliding Profiles of Different Pen Needles: the PICASSO Study. Medical
Devices: Evidence and Research. 2019, 12: 311-317.
4.Majcher, K., et al. Assessing the Sharpness of Hypodermic Needles after
Repeated Use. Canadian Veterinary Journal. 2018, 59: 1112-1114.
5.Pereira, I.B., et al. Ultra-structural Evaluation of Needles and
Their Role for Comfort during Subcutaneous Drug Administration. Journal of
School of Nursing University of Sao Paulo. 2018, 52: e03307.
6.Craig, R. A History of Syringes and Needles. Faculty of Medicine, The
University of Queenslans, Australia. 2018. https://medicine.uq.edu.au/blog/2018/12/history-syringes-and-needles
7.Best Way to Get Rid of Used Needles and Other Sharps. US Food and Drug
Administration. 2021. https://www.fda.gov/medical-devices/safely-using-sharps-needles-and-syringes-home-work-and-travel/best-way-get-rid-used-needles-and-other-sharps
8.Dialysis Needle Sharpness Testing for Patient Comfort. News Medical
Life Sciences. 2018. https://www.news-medical.net/whitepaper/20171018/Dialysis-Needle-Sharpness-Testing-for-Patient-Comfort.aspx
9.Birmingham Wire Gauge. The Engineering ToolBox. https://www.engineeringtoolbox.com/BWG-wire-gage-d_508.html
10.Sharps Waste Disposal: A
How-to Guide. Cellitron. 2019. https://celitron.com/en/blog/sharps-waste-disposal
Artikel ini pertama kali terbit di Kumparan:
Musim Vaksin COVID-19 - Yuk Berkenalan dengan Jarum Suntik!