Aku masih ingat, sore itu, langit kelabumu menyambutku
malu-malu. Aku meringis menahan desir dingin angin musim gugur yang
menerbangkan helai-helai daun maple merah jingga. Berminggu-minggu mendung
seperti terperangkap tak hendak beranjak. Hanya sesekali kulihat matahari
mengintip di celah-celah ranting pepohonan yang mulai meranggas.
Lalu sampailah pada suatu masa, ketika remah-remah salju
berderai-derai diterbangkan angin. Alam pun diam berselimut beku, dan hatiku
tiba-tiba didera rindu, rindu pada hangat matahari yang membelai lembut
kulitku.
Engkau tak membiarkan rinduku menjadi biru. Perlahan-lahan
matahari musim semi menyelinap di sela-sela pucuk daun hijau muda. Lalu, engkau
hadiahkan padaku helai-helai kelopak magnolia merah muda, juga kuntum-kuntum
bunga raps kuning merona.
Hujanmu tak pernah lama, aku pun jarang mendengar gemuruh petir
menyambar-nyambar. Namun pernah kulihat anginmu memberontak menjelma badai,
menumbangkan pepohonan yang melintang di jalan-jalan dan rel kereta.
Lalu, datanglah hari-hari nan panjang. Sampai bosan aku menanti
senja yang seperti tak kunjung tiba, panas dan gerah terperangkap lamat-lamat
di celah-celah jendela. Sesekali kulihat sekawanan kuda dan domba-domba
merumput di padang-padang hijau tepi telaga. Ladang-ladang terhampar sejauh
mata memandang hingga ke ujung cakrawala.
Kemudian pelan-pelan, matahari seperti terenggut dari haluannya.
Dedaunan hijau tua perlahan-lahan menguning, menjingga, lalu tangkai jemarinya
mencoba berpegang erat pada ujung-ujung rantingnya, namun tak lagi kuasa. Hari
berganti hari, bulan berganti bulan, musim pun datang dan pergi, silih
berganti.
Bochum, engkau telah memenuhi hatiku hingga meluap-luap,
mengajarkanku kebijaksanaan dalam setiap helai pergantian musimmu. Pada detik
ini aku sadar, bahwa aku telah jatuh cinta, pada setiap jengkal tanahmu, pada
setiap desir anginmu, pada setiap tetes hujan dan derai saljumu, pada setiap
lirih bahasa cintamu.
Bochum, terima kasih telah mengizinkanku menghirup desir
nafasmu. Terima kasih untuk semua cinta dan kenangan indah yang akan terukir
selamanya dalam sanubariku, hingga akhir hayatku. Suatu hari nanti jika kau
izinkan lagi kita bertemu, tentu 'kan kubawakan engkau segenggam rindu.
Bochum, 7 November 2011 - 1 Agustus 2015
1 comment:
nanti tulis tentang "Nijmegen, sungguh aku mencintaimu" ya :)
Post a Comment