Bersyukurlah bagi siapa saja yang masih memiliki orang tua, terutama Ibu. Hubunganku dengan Ibu tak pernah sederhana seperti kebanyakan anak perempuan satu-satunya. Kami membutuhkan waktu puluhan tahun untuk saling mengenal dan saling memahami.
Sejak dulu, beliau bukan orang yang kuajak bicara kalau aku menghadapi hal-hal besar dalam hidup. Mungkin terakhir kali Ibu menjadi pusat hidupku adalah ketika aku masih balita. Saat itu, kalau aku sakit yang kucari pasti Ibu, kalau aku menangis, yang kupanggil juga Ibu.
Tahun berganti, aku bertumbuh, Ibu pun menua. Ketika aku beranjak remaja hingga masuk fase dewasa aku jarang sekali bercerita kepada Ibu. Percakapan kami hanya sebatas cerita ringan, tak pernah mendalam. Kami pun pernah memasuki fase-fase hubungan paling hambar. Aku merasa kehilangan Ibu, mungkin Ibu pun merasa kehilangan aku.
Kadang kawan-kawanku bertanya, apa yang sebenarnya aku cari di perantauan dan petualangan-petualanganku yang seperti tak berkesudahan? Ternyata dengan bepergian jauh, aku jadi lebih mengenal Ibu, semakin jauh raga kami terpisah, semakin tumbuh rasa sayangku yang dulu hampir hilang. Perlahan-lahan Allah mendekatkan hati kami lagi. Hari ini, aku menelpon Ibu hampir 3 jam. Belum pernah aku bercerita selama dan seterbuka itu dengan Ibu. Percakapan tadi seakan membayar lunas lebih dari 20 tahun masa hidupku yang kulewatkan "tanpa" Ibu. I let her know almost about everything in my life.
Tahukah engkau, kawan? Kalau ada hati manusia yang lebih luas dari samudera, maka hati Ibulah jawabannya. Kalau ada rasa sayang yang tak bertepi, maka kasih sayang Ibulah yang senantiasa menaungi. Tadi, aku seperti kembali ke rumah lama yang sudah bertahun-tahun tak kukunjungi. Kutanyakan pada Ibu. "Mak, pernahkah Mamak merasa marah dan kecewa kepadaku?" "Nak, bahkan tanpa engkau meminta maaf pun, Mamak akan selalu memaafkanmu. Mamak ini orang yang telah dititipkan Allah untuk melahirkanmu." Tanpa diminta pun, Ibu selalu mendoakanku, bahkan sebelum aku terlahir dari rahimnya.
Ya Rahman, ya Rahiim... Jika kasih sayang Ibu melimpah ruah tak putus-putus sepanjang usia seperti itu, maka aku tak bisa membayangkan bagaimana kasih sayang-Mu.
No comments:
Post a Comment