Bus yang kutumpangi penuh sesak. Penumpangnya rata-rata ibu-ibu yang membawa serta anak-anaknya, selebihnya ada beberapa lansia. Aku sendiri ikut menumpang bersama ayah dan bibiku. Kami akan mengunjungi saudara di kampung Gantong.
Makin jauh bus melaju, jalan yang kami lewati makin sepi. Tipikal daerah kepulauan, penduduknya lebih ramai di bagian pesisir. Rumah penduduk makin jarang, kebanyakan hanya ladang yang ditinggalkan, area bekas tambang, atau hutan perawan.
Sudah lama aku tak mendengar dialek lokal kampung-kampung di Pulau Belitong. Terasa sangat menyenangkan mendengarkan obrolan-obrolan sederhana dari beberapa penumpang. Tercermin pola pikir mereka yang sederhana, namun sarat cita-cita. Sebutlah Bu Habibah, ibu dua anak ini sedang bercerita tentang anak angkatnya. Anak angkat yang ia besarkan sejak kecil, kini sudah berkeluarga dan menjadi perawat di rumah sakit Tanjongpandan. Kata Bu Habibah, sejak kecil ia ingin anak angkatnya itu mendapatkan pendidikan yang baik, namun ia tak punya biaya.
Beruntunglah Bu Habibah, si anak ternyata punya keinginan yang kuat. Ia usahakan sendiri kelangsungan pendidikannya, beberapa kali pula ia memperoleh beasiswa, sampai bisa meneruskan ke akademi keperawatan. Betapa bangganya kini Bu Habibah, beberapa kali ia ulang-ulang kalimat yang sama : “Kelak, mikak beduak dak kuang kala kan kakak ye..” (Kelak, kalian berdua tak boleh kalah dengan kakak ya..). Begitulah Bu Habibah menyemangati kedua anak kandungnya yang masih kecil. Sepenggal harap dari orang sederhana untuk anak-anaknya.
Bandung, 16 November 2009
No comments:
Post a Comment