Rinai hujan ditiup angin tenggara. Mendayu-dayu bisiknya mencumbui daun-daun maple merah muda. Sayup-sayup badai bergemuruh, jauh, tapi belum ingin mereda. Jendela kaca basah berinai-rinai disiram matahari sore.
Lalu bisu mengendap lamat-lamat dalam hitam pekat awan bergumpal-gumpal. Menyusup angin dari celah-celah, dingin mengiris. Musim berganti. Suatu waktu helai-helai kekuningan gugur menciumi tanah basah. Membusuk, tapi tak lantas hina. Suatu waktu ranggas seolah mati dalam beku.
Lalu pelan-pelan mereka memeluk akar, pokok dan ranting-ranting. Sampai musim menghangat tahun depan, ketika helai-helai itu berebut mengait di ujung ranting. Diam seribu diam, sabar seribu sabar, tekun merenda-renda. Lewat musim-musim, begitulah alam mengajar dalam seribu peribahasa.
Bochum, 19 September 2012
No comments:
Post a Comment