Lalu apalagi yang hendak kau tanyakan pada
bingkai-bingkai jendela? Terserak, lancip kepingnya tak lagi segitiga. Sedih berujar, air mata telah mengering tak bersisa pada sudut pipi merah saga. Tangis mengiris malam, lalu dinding seolah bertelinga. Menangkap
lekat-lekat, sayup menderu memecah bongkah-bongkah baja, porak poranda. Kaki
kecil kehilangan raga, raganya kehilangan nyawa. Hujan tak lagi air, tapi
peluru. Angin tak lagi mengantar debu, tapi beku. Takut pun lantas meringkuk tak berkutik, tak
tahu lagi jalan pulang...
Bochum, 1 Desember 2012