Thursday, April 16, 2015

Cerita "Mati Lampu" di Kampus Kami

Sore kemarin, sekitar pukul 2, aku baru saja menyelesaikan pekerjaan di kantor. Sisa waktu istirahat kupakai saja untuk berselancar di dunia maya. Tiba-tiba, "crek" aliran listrik terputus. Rekan-rekan kerjaku segera keluar ruangan, memastikan bahwa ruangan lain mengalami hal serupa. Lampu di beberapa lorong masih tampak menyala, karena listriknya berasal dari sumber cadangan.

Wajah mereka tampak gelisah, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Mungkin terdengar aneh dan berlebihan bagi kita orang Indonesia. "Pasti ada yang tidak beres!", pikir mereka. Sejak aku tinggal di Jerman 4 tahun belakangan ini, ini kali pertama terjadi pemutusan aliran listrik secara mendadak, tanpa pemberitahuan sama sekali. Biasanya kalau pun ada pemutusan untuk tujuan perawatan jaringan, pemberitahuannya sudah dari jauh-jauh hari, bahkan 3 bulan sebelumnya, dan itu pun tak pernah total diputuskan semua, agar kegiatan akademik dapat berlangsung sebagaimana biasa.

Kami pun dipulangkan lebih awal. Sesampai di asrama aku menyalakan laptop dan mencoba mencari tahu lewat internet. Ah, aku baru sadar, internet di asrama terhubung dengan jaringan yang sama dari kampus. Jadi, percuma saja. Lalu, aku mencoba mengecek melalui telepon selularku yang sudah kehabisan kuota internet, lambatnya bukan main. Akun Facebook RUB ternyata tak henti-hentinya memberikan informasi tentang kejadian "luar biasa" ini.

Dari beberapa informasi yang kuperoleh, sejak sore petugas terkait bahu-membahu sigap bekerja, layaknya tim siaga bencana, memastikan tak ada orang yang celaka oleh karena kejadian ini. Para petugas dari "stadwerke" segera memeriksa penyebab putusnya aliran listrik yang melumpuhkan seluruh area kampus.

Perbaruan informasi terus menerus disampaikan oleh para petugas. Sampai pukul 2 pagi, masih kulihat beberapa berita bersliweran. Para petugas menemukan bagian yang bermasalah pada salah satu sambungan yang terletak tak jauh dari pabrik Opel. Katanya ini kejadian stromausfall terbesar sejak 25 tahun terakhir ini. Beberapa petugas yang diwawancarai menyampaikan bahwa mereka tak akan pulang, sampai semuanya selesai diperbaiki.

Pukul 4 pagi, kuterima email dari sekretariat kampus. Mereka memberitahukan proses perbaikan yang sedang berjalan dan beberapa hal terkait kegiatan di kampus yang terkena dampak langsung. Pukul 8 pagi, kuterima email lain dari Supervisorku, berisi himbauan untuk tetap berada di rumah selama masa perbaikan, terkait alasan keselamatan kerja dan sebagainya.

Itulah, sekelumit kisah "mati lampu", yang sedikit menghebohkan warga kampus kami. Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kejadian ini, tentang dedikasi para petugas, tentang kesigapan dan tanggap bencana, serta tentang arti penting teknologi yang telah mendarah daging dalam jiwa mereka. Lalu, di tanah air bagaimana? Mari kita berbenah, Kawan.

Bochum, 16 April 2015