Sejak memutuskan
untuk melanjutkan studi selepas sarjana, sebenarnya aku sempat berakrab-akrab
dengan bidang yang sebenarnya kurang kusukai, control engineering. Akan tetapi program magister yang dulu
kuambil, sebagian besar kurikulumnya membahas tentang hal tersebut. Program
yang dulu kuambil mempunyai singkatan nama yang charming, PINK (Program Instrumentasi dan Kontrol), juga menjadi
nama salah satu dari 2 kelompok keahlian di Teknik Fisika. Lalu mengapa aku
memutuskan untuk berakrab-akrab dengan bidang yang justru tidak kusukai? Begini
ceritanya.
Di akhir semester 6
program sarjana Teknik Fisika, kami harus memutuskan untuk mengambil bidang
keahlian apa yang nantinya akan terus diseriusi hingga mengambil Tugas Akhir di
semester 8. Aku yang pada waktu itu masih bingung untuk memutuskan di antara 2
pilihan, bidang Proses Material atau Instrumentasi Medik, akhirnya memutuskan
untuk mengambil yang ke dua. Laboratorium Instrumentasi Medik berada di
bawah Kelompok Keahlian Instrumentasi dan Kontrol. Semakin jauh kami tenggelam
di dalamnya, tergiring pula nasibku untuk mengambil program magister tadi.
Sebenarnya penekanan yang kuambil lebih ke arah instrumentasi, bukan kontrol. Tetapi
semasa perkuliahan di 2 semester pertama, tetap saja kami harus mengambil mata
kuliah wajib yang sangat pekat berbau kontrol.
Sejak masih di program sarjana, kalau bertemu mata kuliah kontrol,
hidupku jumpalitan seperti tikus yang
berusaha keluar dari lubang jarum, asal lulus. Di program magister pun tak jauh
berbeda, seperti mengulang trauma masa lalu, namun tak juga jera. Melelahkan,
tapi getir manisnya terasa pula. Aku masih
ingat hari-hari yang kami lalui di minggu terakhir masa ujian akhir mata kuliah
Kontrol Otomatik. Aku dan beberapa kawanku hanya tidur mungkin tak lebih dari 1
jam, selepas ujian kami pulang dengan wajah hampir seperti zombie. Tetapi nasib rupanya selalu menyimpan rahasia. Beberapa
tahun kemudian atas rekomendasi dari Pak Yul, dosen pengampu Kontrol Otomatik
dan salah seorang ahli control
engineering di Teknik Fisika, akhirnya aku terdampar di sini. Ketika itu
Pak Yul masih menjabat sebagai Atase Pendidikan di KBRI Berlin, beliau baru
saja mengadakan kunjungan ke Ruhr Universität Bochum, universitas tempat beliau
menamatkan program doktoralnya dulu. Kini aku pun seperti mengulang
masa-masa perjuangan beliau pada dekade
90-an di kota kecil ini.
Lalu hari ini, di hari ke 6 Ramadhan, aku mendapat sedikit kejutan. Sudah hampir 4 tahun aku tak berakrab-akrab dengan kontrol, aku pun sudah tak tahu lagi bagaimana kabarnya. Pagi ini, seorang mahasiswa master di Research Group kami mempresentasikan thesis-nya di depan
kami. Tertegun aku membaca judulnya: "Design and Implementation of
Adaptive Control for Blood Pumps". Sang mahasiswa yang sejak tadi berdiri
di depan ruangan tiba-tiba berubah menjadi Pak Yul, bahasa Jermannya
hampir-hampir seperti native, dari
namanya kuduga dia berasal dari Iran. Serta merta ratusan istilah kontrol
seperti termuntahkan dari kepalanya, mengambang di udara, lalu menari-nari
dan tersenyum sinis ke arahku. Aku seperti dipertemukan dengan kawan lama,
cinta yang dulu, tetapi masih sama indahnya.
Bochum, 3 Juli 2014