Monday, July 07, 2014

Catatan Ramadhan 1435 H - 10 Ramadhan, Abiyan Kesayangan Kami

Waktu berlalu begitu cepat. Dari hari ke hari rasanya hanya seperti mimpi, tahu-tahu sudah malam, tahu-tahu sudah lewat 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun. Kita pun semakin menua dan sisa usia semakin berkurang jatahnya. Lalu, kita sudah berbuat apa? Untuk orang tua, keluarga, agama, bangsa dan negara. Kalau teringat akan hal ini, aku selalu diliputi perasaan bersalah. Hingga hari ini rasanya aku hanya berorientasi lebih banyak untuk diriku sendiri, jangankan memberikan manfaat untuk orang lain, lebih banyak merepotkan lebih tepatnya.

Musim gugur tahun 2011 pertama kali aku menginjakkan kaki di Bochum. Belum banyak orang Indonesia lainnya yang kukenal di kota kecil ini. Aku memulai studiku di Bochum atas rekomendasi Pak Yul, dosenku yang ketika itu sedang ditugaskan sebagai Atase Pendidikan di KBRI Berlin. Lewat email, Pak Yul memperkenalkanku dengan seorang mahasiswa Indonesia lainnya yang kebetulan satu fakultas denganku di Ruhr Universität Bochum, dialah Friska. Neng Pika, begitu kami memanggilnya, sedang menempuh program sarjana di Teknik Elektro. Dia tinggal di Bochum bersama suaminya, Panji, yang sama-sama sedang menempuh program sarjana. Aku mengenal pasangan muda ini sebagai orang-orang yang santun, ramah dan penyayang.

Singkat cerita, hari-hari pun berlalu, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Akhir musim semi tahun lalu, saat Neng Pika sedang hamil tua, aku sempat berjanji ingin memotretnya. Mumpung suasana musim semi sedang cantik-cantiknya. Tapi, rupanya karena kesibukan masing-masing, kesempatan itu tak tertunaikan. Musim panas pun mulai menyapa. Aku ingat di minggu-minggu terakhir sebelum bulan Ramadhan, Neng Pika sekeluarga telah bersiap-siap menanti kehadiran si buah hati. Harap-harap cemas kami menunggu. Berdasarkan perkiraan dokter, sang jabang bayi akan lahir beberapa hari lagi, mungkin pada hari-hari pertama bulan Ramadhan. Tapi, takdir kelahiran dan kematian, Allah-lah Yang Maha Mengatur. Bayi mungil itu lahir 3 hari sebelum Ramadhan tiba, tepat 1 tahun yang lalu, 7 Juli 2013.

Berita bahagia itu diumumkan oleh sahabat kami di group pengajian Indonesia Ruhr area dan sekitarnya. Berbagai ucapan selamat dan doa tak henti-hentinya berdatangan. Suatu kebahagiaan tak terhingga sekaligus amanah yang dititipkan Allah kepada Panji dan Neng Pika. Abiyan Adam Ashriza, begitu bayi laki-laki itu diberi nama. Kata Abiyan diambil dari kata Bayan dalam Bahasa Arab (Q.S Ar Rahman: 4), yang berarti berbicara. Maka nama Abiyan mengandung doa, yang berarti "fasih" dalam berbicara, berbahasa Arab dan bahasa-bahasa lainnya, termasuk bahasa Al Qur'anul Karim. Secara lengkap nama Abiyan Adam Ashriza mengandung arti keturunan pertama yang fasih dari keluarga Ashari dan Roza. Serangkaian nama yang indah, yang didalamnya terselip doa dan harapan bagi sang anak dari kedua orang tuanya.

Neng Pika dan Panji melalui hari-hari sebagai orang tua baru, sekaligus tetap menjalani rutinitas mereka sebagai mahasiswa. Aku kagum dengan ketangguhan pasangan muda ini. Hidup di perantauan tak pernah selalu mudah, berbagai tantangan senantiasa menghadang untuk menguji kesabaran dan sejauh mana rasa syukur kita kepada Sang Pencipta. Aku saja yang hanya sendiri dan tak harus mengurus siapa-siapa, tak jarang gelagapan menghadapi berbagai tantangan hidup, apalagi bagi mereka sebagai keluarga muda yang berada jauh dari orang tua. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan untuk Neng Pika sekeluarga.

Abiyan tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria. Anak lucu ini jarang menangis dan lagi-lagi aku kagum melihat kesabaran Neng Pika dalam mengasuh Abiyan. Tak jarang kami bepergian bersama. Dalam setiap kesempatan, Abiyan mau diasuh hampir oleh siapa saja. Hanya sekali aku melihatnya rewel, waktu itu kami sedang di kereta dalam perjalanan pulang ke Bochum. Mungkin lantaran capek dan lapar, Abiyan menangis dan sedikit rewel. Selebihnya aku mengenal Abiyan sebagai anak periang.


Baru beberapa minggu yang lalu Abiyan bisa berjalan untuk pertama kalinya. Tak terasa hari ini, di hari ke 10 Ramadhan, tepat 1 tahun usianya. Teriring doa agar Abiyan tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat, serta soleh dan mensolehkan orang-orang di sekitarnya. Memperhatikan foto-fotonya yang kuabadikan dalam kamera dari waktu ke waktu, aku takjub bagaimana Allah sebaik-baik Pencipta, menciptakan makhluk yang bernama manusia. Sorot mata nan lugu, tangan dan kaki yang perlahan tegak, lalu melangkah dan kemudian berlari. Dalam setiap isyarat penciptaan ini terselip tanda-tanda Kekuasaan Allah. Maka, tak ada hak kita untuk menjadi sombong, lalu lupa bahwa kita pernah dan akhirnya pula akan menjadi makhluk tak berdaya.

Abiyan, kesayangan kami
Bila engkau dewasa nanti
Ingatlah bahwa engkau pernah berjanji
untuk menjadi sebaik-baik khalifah di muka bumi

Abiyan, kesayangan kami
Bila engkau dewasa nanti
Ingatlah orang tuamu yang tak henti-henti
mendoakanmu lebih dari mereka sendiri

Teriring salam sayang dan doa dari Maktjik untuk Abiyan.

Bochum, 7 Juli 2014